• Beranda
  • TENTANG
    • Sejarah Wisdom Park
    • Jenis Layanan
    • Tata Tertib Penggunaan Wisdom Park
  • FASILITAS
  • Class without Walls
    • Literasi Kesehatan
    • Literasi Flora
    • Literasi Fauna
    • Literasi Lingkungan
  • HUBUNGI KAMI
Universitas Gadjah Mada Wisdom Park
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • TENTANG
    • Sejarah Wisdom Park
    • Jenis Layanan
    • Tata Tertib Penggunaan Wisdom Park
  • FASILITAS
  • Class without Walls
    • Literasi Kesehatan
    • Literasi Flora
    • Literasi Fauna
    • Literasi Lingkungan
  • HUBUNGI KAMI
  • Beranda
  • 2024
  • page. 2
Arsip:

2024

Pohon Sirsak

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Sirsak (Annona muricata L) merupakan spesies dari pohon buah tropis yang termasuk dalam famili Annonaceae. Sirsak bukanlah tanaman asli Indonesia, tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, yang kemudian menyebar ke daerah-daerah tropis lain.

Ekstraksi dari daunnya dapat mematikan kutu rambut dan kutu busuk. Ketika digiling, bijinya menjadi pestisida yang efektif terhadap kutu rambut. Jus buahnya dikatakan dapat meningkatkan jumlah urin, dan mengobati uretritis dan hematuria. Buah yang belum matang digiling dan direbus sebagai pengobatan untuk disentri.

Daunnya memiliki bau yang menyengat, bergantian, halus, mengilap dan berwarna hijau tua di permukaan, lebih terang di bawah. Daunnya lonjong, elips atau lonjong sempit, runcing di kedua ujungnya. Bunga dapat muncul di mana saja di batang, cabang atau ranting dan tumbuh sendiri-sendiri. Bunga, tangkai pendek, panjang 4 – 5 cm, berbentuk segitiga-kerucut, memiliki 6 kelopak, dengan 3 kelopak berdaging hijau kuning yang sedikit menyebar sebagai lapisan luar dan 3 kelopak kuning pucat yang rapat sebagai kelopak bagian dalam. Buah matang berwarna hijau tua, ditutupi dengan duri pendek yang lembut dan berbentuk pseudokarp, bulat telur lebar atau elips. Buah akan muncul setelah 3 – 5 tahun. Paling baik dipanen saat buah karena jika dibiarkan melunak di pohon, buah akan jatuh dan hancur. Buah dianggap matang saat duri-durinya berjauhan dan warna hijau mengilap berubah menjadi hijau kusam atau hijau kekuningan. Buah paling baik dimakan 5 – 6 hari setelah dipanen dan digunakan sebagai bahan dalam es krim, makanan penutup, minuman, dll.

 

Penulis
DICKY SATRIO ANWAR 
Fajar Ayu Febriani Mifakhul Jannag

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Nangka

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Nangka, atau Artocarpus heterophyllus, adalah nama dari pohon dan buah yang populer di daerah tropis seperti Pakistan, Indonesia, dan Brasil, dan mengandung nutrisi seperti vitamin, mineral (N, P, K, Ca, Mg, S, Zn, Cu, dll), serta kalori (Khan, et al., 2021). Secara umum, nangka berbentuk oval dan tidak rata, dan dapat mencapai panjang hingga 100 cm. Bentuk oval ini merupakan ciri khas yang membedakannya dari durian. Buah ini memiliki kulit yang keras dan tajam, dengan ujung duri kulit nangka umumnya berwarna gelap atau kecoklatan. 

Kulit buah ini umumnya berwarna hijau kekuningan dengan daging buah berwarna kuning segar yang memiliki tekstur lembut dan berserat. Nangka yang sudah matang akan mengeluarkan aroma yang sangat tajam, segar, dan manis, serta duri-durinya akan besar dan jarang, yang dipengaruhi oleh faktor genetik masing-masing individu. Aroma nangka ini disebabkan oleh pemecahan senyawa fenolik selama proses pematangan dan tekanan turgor yang memengaruhi sel parenkim, menjadikan tekstur nangka lembut dan empuk saat dimakan (Nurrafika, 2016). 

Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) memiliki batang tegak, berkayu, bulat, kasar dan berwarna hijau kecoklatan. Kandungan kimia dalam kayu adalah morin, sianomaklurin (zat samak), flavon, dan tannin. Selain itu, di kulit kayunya juga terdapat senyawa flavonoid yang baru, yakni morusin, artonin E, sikloartobilosanton, dan artonol B (Ersam, 2001).

Daging nangka yang umumnya berwarna kuning pucat memiliki kandungan gula yang rendah dan banyak air, sehingga nangka terasa sangat menyegarkan saat dimakan. Dengan semua kreativitas warga Indonesia, nangka ini dapat diolah menjadi produk khas suatu daerah, terutama Malang, yang menawarkan cara baru dalam mengonsumsi nangka dengan menjadikannya keripik buah. Selain digunakan sebagai keripik buah, daging nangka juga bisa diolah menjadi buah manisan, jus, kompot, dan es buah. 

Buah segar dan manis ini memiliki biji yang biasanya disebut “beton,” dengan panjang 2-4 cm, yang dapat menyumbang 8-15% dari berat buah. Biji ini juga dapat dimakan, dilapisi dengan aril putih yang melindungi endosperma cokelat dari biji nangka yang dilindungi oleh daging putih kotiledon (Yulianti, Ratna, & Solfarina, 2015). Biji nangka dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat dengan cara merebusnya, yang membuat teksturnya mirip dengan kacang rebus. Biji juga bisa diolah menjadi tepung dan digoreng untuk dijadikan camilan yang lezat.

Akar tanaman nangka memiliki akar berbentuk tunggang. Namun juga memiliki akar cabang yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang berfungsi memperluas daerah penyerapan zat. Akar Tanaman nangka ini dapat menembus permukaan tanah hingga kedalaman 10-15 meter.

 

Penulis
Catharina Amelia Manalu 
TITIK ANDAYANI 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Bipa (Artocarpus dadah)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Tumbuhan Artocarpus dadah Miq. merupakan salah satu spesies Artocarpus dari famili Moraceae yang termasuk tumbuhan langka di alam. Genus Artocarpus berasal dari bahasa Yunani artos, yang berarti roti, dan bahasa Yunani karpos, yang berarti buah. Julukan khusus dadah adalah nama daerah spesies ini dari Lampung, Sumatra. Artocarpus dadah , yang biasa dikenal sebagai Tampang Hijau, adalah pohon asli tinggi yang terancam punah di Singapura. Pohon ini menghasilkan buah hijau berbentuk bulat telur dengan daging buah berwarna merah muda. Buahnya dimakan dan disebarkan oleh mamalia, seperti monyet. Pohon ini merupakan pohon perdu yang tingginya mencapai 35 m, dengan ranting-ranting yang tertutup rapat oleh rambut-rambut pendek berwarna kuning hingga coklat kemerahan. Daunnya yang berselang-seling, berjenjang vertikal, dan bertangkai dua memiliki helaian daun yang lonjong, berukuran 10–31 x 5–13 cm, agak tidak sama sisi dan melengkung. Bagian Tanaman yang Dapat Dimakan adalah buah yang asam. Kayunya merupakan sumber dari dua spesies kayu, beruni dan selangking. Lantai dan tiang rumah juga dibuat menggunakan kayunya. Pohon ini juga dibudidayakan sebagai pohon hias.

 

Penulis
AFIFAH PUTRI DWI RAHMAH 
Advent Pratama Siregar 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Keruing (Dipterocarpus spp.)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Pohon Keruing (Dipterocarpus spp.) adalah pohon dengan tinggi 40-65 meter dan diameter lebih dari 150-260 cm. Secara geografis, pohon keruing tersebar di beberapa negara Asia Tenggara seperti Cina, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indonesia, dan Malesiana. Terdiri dari sekitar 70 spesies, di mana 38 di antaranya berada di hutan primer di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Secara ekologis, pohon keruing sering ditemukan secara berkelompok, tumbuh di tanah sedimen tepi sungai. Pohon keruing memiliki batang tegak berwarna putih keabuan dengan dahan-dahan berbulu yang dapat menghasilkan getah. Daunnya lurus menyirip, tunggal berseling, bergelombang, dan memiliki urat daun sekunder. Pohon keruing memiliki bunga berbagai ukuran, yaitu berkisar antara 13-20 cm dengan bunga tunggal yang terletak di dahan pendek dan memiliki lima kelopak bunga membentuk dua sayap besar. Buahnya bernama “geluk” yang berukuran besar dan dibungkus oleh kelopak bunga.

Pohon ini merupakan salah satu penghasil kayu terbaik. Batang kayunya sering digunakan sebagai bahan bangunan, kerajinan tangan hingga perabotan rumah tangga, serta menghasilkan minyak yang berguna sebagai resin, pernis dan pelapis, hingga pada bidang biokosmetik dan biomedik. Pohon keruing memiliki nilai jual yang tinggi sehingga perlu kita manfaatkan dan lestarikan sebaik-baiknya.

 

Penulis
DAARIIN FARAH TSABITA 
Raisya Ariantika

 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Trembesi (Samanea saman)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Samanea saman dikenal juga sebagai Pohon Monkey Pod atau Trembesi, memiliki julukan pohon pengikat nitrogen karena kemampuannya dalam mengikat nitrogen dalam jumlah besar. Pohon ini berasal dari Amerika tropis, tetapi dapat ditemukan juga di banyak daerah tropis lembab maupun sub-lembab lainnya. Mengacu pada tajuknya yang lebar, pohon trembesi memiliki kemampuan untuk memberikan naungan yang luas pada aktivitas di bawahnya. Samanea saman termasuk dalam famili Leguminosae. Selama 25 tahun terakhir, pohon pengikat nitrogen ini telah diidentifikasi sebagai pohon yang memiliki peran vital dalam bidang pertanian dan kehutanan berkelanjutan. Kegunaan pohon ‘serbaguna’ ini antara lain, sebagai pencegahan erosi tanah, naungan aktivitas di bawahnya, dan pemanfaatan dedaunan serta polong untuk makanan. Pohon Trembesi seringkali mencapai tinggi 25–30 m dengan batang berdiameter hingga 2–3 m. Pohon ini memiliki cabang yang hampir horizontal sehingga membentuk tajuk menyerupai payung. Daunnya besar, dengan panjang 6–25 cm dan lebar 3–8 cm. Setiap daun memiliki 3–6 pasang batang daun yang lebih kecil, dengan 6–9 pasang anak daun per batang. Anak daunnya besar, serta membesar ke arah ujung. Daun dan batang baru memiliki rambut pendek, lembut, dan berwarna kuning kecoklatan. Bunganya tumbuh serempak membentuk

kelompok, tetapi jaraknya cukup longgar. Biasanya terdiri dari 2–5 bunga di ketiak daun, dengan bunga tengah berukuran lebih besar daripada bunga di sekelilingnya. Buahnya berupa polong yang panjang dan datar dengan warna hijau saat masih mentah dan berubah menjadi coklat tua saat matang. Buahnya mengandung daging buah yang manis, disertai dengan 5–10 biji. Pohon trembesi dikenal karena tajuknya yang lebar dengan fungsi memberikan naungan. Akibatnya, pohon ini dapat mengurangi suhu secara signifikan. Selaras, pohon trembesi menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar dua puluh kali lebih banyak daripada pohon biasa. Oleh karena akarnya yang mampu mengikat nitrogen, tanaman yang tumbuh di bawah tajuk kemungkinan besar akan menjadi lebih sehat dari tanaman yang tidak dinaungi pohon trembesi. Selain itu, pohon trembesi sangat populer dalam lanskap karena penampilannya yang menarik. Pohon ini biasanya digunakan di tempat umum, seperti taman, halaman sekolah, dan juga area pinggir jalan. Secara umum, pohon trembesi memiliki mutu karena memberikan banyak manfaat bagi manusia dan lingkungan. Pohon trembesi saat ini diklasifikasikan sebagai spesies “Risiko Rendah” dalam IUCN Red List of Threatened Species. Hal ini menjelaskan bahwa pohon tersebut memiliki risiko rendah akan kepunahan di alam liar. Meskipun saat ini berstatus “Risiko Rendah,” pemantauan berkelanjutan sangat diperlukan untuk memastikan pohon trembesi tidak terancam di masa mendatang.

Fakta menarik tentang pohon trembesi (Samanea saman), di beberapa budaya, pohon trembesi memiliki arti penting secara simbolis dan digunakan dalam pertemuan masyarakat atau upacara.

 

Penulis
NICHOLAS SALIM PRASETYA 
ALIFAH NUR AZIZAH 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Akasia Auriculiformis (Acacia auriculiformis)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Acacia auriculiformis atau Akasia Auri adalah pohon asli Indonesia, Papua Nugini, dan Australia utara. Akasia Auri dapat tumbuh hingga mencapai 15-30 m dengan perakaran 1.5 hingga 2 kali lebih besar dari tinggi pohonnya. Pohon ini memiliki bunga berwarna kuning yang indah dengan aroma yang manis. Setelah fase pembungaan, Akasia Auri menghasilkan polong yang melengkung, berputar, dan spiral. Polong mengering ketika matang. 

 

Penulis
KARISMATUN DWI KHOIRUNNISA 
FADHIILAH DZAKI JANU NUGROHO 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Nagasari (Palaquium rostratum)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Pohon Nagasari (Palaquium rostratum) atau Nyatoh adalah tanaman yang berasal dari Bangka Belitung, sekarang telah tersebar di Indonesia yang terdapat 48 jenis spesies. Habitat tanaman ini berada di daerah dengan tingkat curah hujan yang lumayan tinggi. Pohon ini memiliki tinggi mencapai 30 meter yang tegakannya lurus dan bulat. Batang pada pohon ini berwarna coklat kemerahan, berbentuk bulat torak, beranir tipis dan lebar. Kayu nagasari memiliki berat 0.67 kg. Warna daunnya selalu hijau, tulangnya meyirip dan duduk daunnya lebar. Tipe bunga tunggal, bentuk mahkota mirip seperti simbol hati.

Pohon Nyatoh tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yaitu Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku dan beberapa pulau lainnya. Selain itu tanaman ini juga dapat di Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara di daerah Asia Tenggara lainnya. Pohon Nyatoh memiliki banyak manfaat antara lain kayunya yang banyak digunakan untuk perabot di dalam rumah, lantai, dan mebel. Terkadang kayunya juga dipakai untuk membuat perahu. Buah Nyatoh dapat dimakan dan bijinya mengandung lemak yang banyak untuk memasak. Selain buah, bunga Nyatoh juga dapat dimanfaatkan sebagai obat anti diare, aromatik, ekspektoran, gangguan jiwa. Minyak biji untuk lampu, obat koreng, encok, iritasi kulit, biji untuk es krim, urat darah membesar, benangasi untuk sakit panas.

 

Penulis
AILA ANISA ZAHRA 
HANIFAH ARRAIHANAH 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Mahoni (Swietenia mahagoni)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Swietenia mahagoni adalah pohon peluruh, yang berarti pohon ini menggugurkan daunnya pada musim tertentu. Pohon ini dapat tumbuh hingga 30 meter tingginya dengan pangkal yang mencapai lebar lebih dari satu meter. Kulitnya berwarna abu-abu halus saat muda, kemudian berubah menjadi bersisik berwarna cokelat kemerahan gelap seiring dengan berjalannya waktu. Pohon ini memiliki banyak cabang yang lebat dan memberikan keteduhan. Daunnya berwarna hijau tua mengkilap dan berbentuk tombak dengan panjang 2,5–5 sentimeter. Sementara itu, bunganya berwarna kuning kehijauan.

Biji Mahoni berwarna cokelat dengan “sayap” pipih berukuran sekitar 4–6 sentimeter. “Sayap” ini membantu biji, menangkap angin dan meluncur di udara. Biji ini dikenal sebagai biji yang disebarkan oleh angin.

Genus Swietenia, juga dikenal sebagai Mahoni daun lebar, merupakan jenis pohon tropis endemik Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang memiliki persebaran alami yang luas, terbentang dari Meksiko sampai Bolivia dan Brazil Tengah. Spesies mahoni ini juga ditanam di Asia Tenggara dan Pasifik yaitu India, Indonesia, Filipina dan Sri Lanka. Biasanya, bunga akan mekar pada saat musim peralihan/pancaroba dari kemarau ke musim penghujan sepanjang tahun. Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel, furniture, barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering juga dibuat penggaris karena sifatnya yang tidak mudah berubah. Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya dipergunakan untuk mewarnai pakaian. Sedangkan getah mahoni yang disebut juga blendok dapat dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daun mahoni untuk pakan ternak.

 

Penulis
ASYIRRA CHOIRUNNISA KUSUMA 
IHSAN LIGARMAGANI SAHITYA

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Kepel (Stelechocarpus burahol)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Stelechocarpus burahol yang biasa dikenal sebagai Kepel adalah pohon yang dapat tumbuh hingga sekitar 25 meter dengan batang mencapai diameter 40 cm. Pohon ini memiliki tajuk berbentuk kerucut dan kulit batang yang berwarna coklat tua atau hitam serta bersisik. Daunnya tebal dengan urat yang jelas, berukuran hingga 27 cm panjang dan 9 cm lebar. Spesies ini bersifat monoecious, yang berarti bunga betina dan jantan yang berbeda tumbuh pada tanaman yang sama. Spesies ini merupakan tanaman identitas dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepel melambangkan persatuan, integritas mental dan fisik, serta mencerminkan keramahan. 

Pada saat ini jumlah tumbuhan kepel semakin berkurang. Salah satu alasan adalah karena di Jawa Barat, tumbuhan ini jarang ditanam karena daging buahnya hanya sedikit sehingga dianggap kurang menguntungkan. Buah yang satu ini biasanya muncul sebanyak dua kali dalam setahun. Biasanya mereka bisa ditemui pada bulan Desember hingga Februari dan bulan Juni hingga Juli. Buah kepel digemari puteri kraton-kraton di Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam.

sumber: https://www.inaturalist.org/taxa/348328-Stelechocarpus-burahol

https://uptpth.dishut.jatimprov.go.id/kepel-stelechocarpus-burahol/

Penulis
NADINE KAYLA SYAFIRA 
MUHAMMAD ABID MUSYAFFA 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Kemuning (Murraya paniculata)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Kemuning (Murraya paniculata) adalah semak atau pohon kecil yang berasal dari Asia Tenggara. Tanaman ini sangat populer di Indonesia dan banyak negara Asia lainnya, baik sebagai tanaman hias maupun tanaman obat. Kemuning memiliki ciri khas bunga berwarna putih yang sangat harum dan sering digunakan dalam berbagai keperluan, mulai dari upacara adat hingga bahan pembuatan parfum. Kemuning adalah pohon kecil yang selalu hijau atau semak yang sering digunakan sebagai tanaman hias di taman. Kemuning terkenal dengan bunga-bunga putihnya yang indah yang mekar sepanjang tahun dan memiliki aroma yang sangat menyenangkan. Tidak hanya terlihat indah, bunga-bunga ini juga menarik kupu-kupu dan serangga bermanfaat lainnya.

Kemuning memiliki sejarah panjang dalam budaya Indonesia. Tanaman ini sering dikaitkan dengan berbagai kepercayaan dan ritual tradisional. Bunga kemuning sering digunakan dalam acara pernikahan, hajatan, dan upacara keagamaan lainnya. Selain itu, kemuning juga menjadi simbol kecantikan dan kesucian.

Batang kemuning keras dan berkayu, dengan percabangan yang cukup rapat. Kulit batangnya berwarna coklat keabu-abuan. Daun kemuning berbentuk lonjong atau lanset, berwarna hijau tua mengkilap. Daunnya tersusun berpasangan atau tunggal. Bunga kemuning berwarna putih bersih, berukuran kecil hingga sedang, dan tumbuh berderet atau bergerombol. Bunga ini memiliki aroma yang sangat harum, khas bunga jeruk. Buah kemuning berbentuk bulat atau lonjong, berukuran kecil, dan berwarna merah saat matang. Daging buahnya tipis dan memiliki biji.

Manfaat Kemuning
Kemuning memiliki beragam manfaat, baik untuk kesehatan maupun kecantikan. Beberapa di antaranya adalah:

  • Obat tradisional: Berbagai bagian dari tanaman kemuning, seperti daun, bunga, dan kulit kayu, sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit, seperti demam, sakit perut, dan masalah kulit.
  • Kosmetik: Ekstrak bunga kemuning sering digunakan sebagai bahan pembuat parfum, sabun, dan lotion karena aromanya yang segar dan menenangkan.
  • Tanaman hias: Kemuning sering digunakan sebagai tanaman hias karena bunganya yang indah dan harum. Tanaman ini cocok ditanam di taman, pekarangan rumah, atau di dalam pot.
  • Pengharum ruangan: Bunga kemuning yang segar dapat digunakan sebagai pengharum ruangan alami. Anda bisa mengeringkan bunga kemuning dan menyimpannya dalam wadah tertutup untuk digunakan sebagai pengharum pakaian atau ruangan.

 

Penulis
AMELIA PUTRI YUSTINA 
NAURA FATHIYA AZZAHRO AKHMAD

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

1234

Recent Posts

  • Mahasiswa MKWK UGM Ikuti “Outbond Pancasila” di Wisdom Park: Kuliah Lapangan yang Menyenangkan dan Bermakna
  • Pesta Buku KMSI UGM 2025 Gaungkan Literasi di Hari Puisi Nasional
  • Membangun Kolaborasi di Ruang Terbuka Hijau
  • Praktikum Hidrolika di Kali Belik untuk Pengambilan Data Sungai
  • Outbound sebagai Sarana Pelatihan Komunikasi dan Kerja Sama untuk Menunjang Kegiatan Belajar Mengajar
Universitas Gadjah Mada

Jl. Prof. DR. Drs Notonagoro, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
0274 – 5011201

Admin Wisdom Park: 081127002783
Admin GOR Wisdom Park: 08112837248

Email : wisdompark@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju