• Beranda
  • TENTANG
    • Sejarah Wisdom Park
    • Jenis Layanan
    • Tata Tertib Penggunaan Wisdom Park
  • FASILITAS
  • Class without Walls
    • Literasi Kesehatan
    • Literasi Flora
    • Literasi Fauna
    • Literasi Lingkungan
  • HUBUNGI KAMI
Universitas Gadjah Mada Wisdom Park
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • TENTANG
    • Sejarah Wisdom Park
    • Jenis Layanan
    • Tata Tertib Penggunaan Wisdom Park
  • FASILITAS
  • Class without Walls
    • Literasi Kesehatan
    • Literasi Flora
    • Literasi Fauna
    • Literasi Lingkungan
  • HUBUNGI KAMI
  • Beranda
  • Pos oleh
  • page. 2
Pos oleh :

purnama.indra96

Pohon Flamboyan

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Wisdom Park bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk berolahraga, melainkan disana juga digunakan untuk memperkenalkan dan melestarikan berbagai macam tanaman. Salah satunya adalah pohon flamboyan. Pohon ini dapat ditemukan di beberapa sudut Wisdom Park, yang berada di dekat pintu masuk Wisdom Park.

Pohon Flamboyan dengan nama ilmiah Delonix regia merupakan pohon tropis yang berspesies asli di Madagaskar, Afrika Selatan. Namun, pohon flamboyan dapat beradaptasi dan mampu hidup di empat musim, salah satunya adalah di Indonesia. Pohon Flamboyan dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 5 hingga 12 meter dan lebar mencapai 18 meter. Selain itu, pohon ini berbentuk seperti payung sehingga dapat menciptakan suasana yang teduh dan indah. Daun flamboyan berbentuk menyerupai daun pakis dengan lebar sekitar 30-50 cm. Bunga ini memiliki perpaduan warna merah dan kuning yang terdiri dari empat kelopak dengan satu kelopak yang lebih besar dan dihiasi bercak kuning atau putih. Pohon ini juga memiliki ciri khas, yaitu terdapat polong yang panjang dengan warna coklat tua. Hal ini menandakan bahwa polong tersebut sudah matang.

Pohon flamboyan memiliki beberapa manfaat tidak hanya sebagai penambah nilai estetika, tetapi juga digunakan untuk mengurangi pencemaran udara, sebagai obat malaria karena memiliki kandungan yang berkhasiat untuk tubuh, dan kayunya juga dapat berfungsi sebagai bahan bangunan seperti untuk membuat mebel atau konstruksi rumah. Dengan banyaknya manfaat ini, pohon flamboyan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan mendukung kehidupan manusia. Oleh karena itu, pohon flamboyan memiliki banyak manfaat dalam berbagai aspek kehidupan

 

Penulis
Rizkya Amalia Faakhir 
Hilya ‘Aini Yaysfa’ 
Latifatun Nurroniyah

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Nusa Indah

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Nusa Indah (Mussaenda erythrophylla) merupakan tanaman yang berasal dari afrika dan asia tropis maupun sub-tropis. tanaman ini tumbuh di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi atau pada ketinggian 1-1.700 mdpl. morfologi tanaman nusa indah termasuk famili Rubiaceae, genus Mussaenda, dengan spesies Mussaenda pubescens dan termasuk jenis perdu dengan ketinggian mencapai 2-3 m. nusa indah akan berbunga pada musim panas dan pemanenannya dapat dilakukan sepanjang tahun. Bunga nusa indah memiliki kelopak yang termodifikasi menjadi helaian lebar seperti mahkota lobus berjumlah 5 dan salah satu dari lima lobus berkembang pesat dan membesar berbentuk bulat telur-lanset. berwarna merah terang diatas dan agak pucat dibawah. mahkota berbentuk tabung, berwarna putih-putih krem, kuning pucat dengan cincin kemerahan di tengahnya. karena keindahannya yang memiliki jenis warna yang beragam seperti putih, merah jambu, hijau pupus, dan kuning ke-orange, maka nusa indah termasuk salah satu tanaman hias yang banyak ditanam oleh masyarakat. Nusa Indah banyak digemari oleh masyarakat selain karena keindahannya juga memberikan banyak manfaat di setiap bagian tanamannya. mulai dari bunganya yang dapat menjadi obat demam, batuk, flu, disentri akut, kencing tidak lancar serta dapat mencegah dan mengatasi kanker payudara. bunga nusa indah juga dapat dikeringkan menjadi teh, yang membantu menyembuhkan dari keracunan makanan. kemudian tumbuhan ini juga memiliki daun yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (rosenbach). selain itu, batangnya yang terasa agak manis dan sedikit pahit dapat bermanfaat sebagai penurun panas, menetralisir racun, anti radang (anti inflamasi) dan melancarkan peredaran darah.

 

Penulis
Alni Rahmawati 
Ayudya Pramesti Langgeng Maharani 
Anasya Prapti Citra Solusi 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Tabebuya Kuning

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Tabebuya Kuning, yang secara ilmiah dikenal sebagai Handroanthus chrysotricha, adalah pohon megah yang berasal dari Amerika Selatan, terutama Brasil, dan telah menyebar ke seluruh dunia, terutama ke daerah dengan iklim tropis hingga subtropis. Penampilannya yang mencolok dan berbagai manfaatnya menjadikannya spesies yang signifikan baik di alam maupun di lanskap perkotaan.

Karakteristik utama Tabebuya Kuning adalah bunga kuning berbentuk terompet, daun oval hijau gelap, dan tingginya sekitar 10 meter. Buahnya adalah polong memanjang yang berisi banyak biji kecil. Tabebuya Kuning memainkan peran penting dalam ekosistem aslinya. Bunganya adalah sumber nektar bagi berbagai penyerbuk, termasuk lebah, kupu-kupu, dan burung kolibri. Di lingkungan perkotaan, Tabebuya Kuning berkontribusi pada kanopi perkotaan, menawarkan naungan yang dapat mengurangi efek pulau panas yang umum terjadi di kota-kota. Selain kayunya, pohon ini telah dieksplorasi untuk potensi penggunaan medis. Dalam pengobatan tradisional, berbagai bagian pohon, seperti kulit kayu dan daun, telah digunakan untuk sifat anti-inflamasi dan antimikroba yang diduga. Dalam desain lanskap, Tabebuya Kuning dihargai karena kemampuannya menciptakan titik fokus dan menambah minat musiman. Penggunaannya di ruang publik, taman, dan kebun membantu meningkatkan daya tarik visual area-area ini, memberikan sentuhan alami dan hidup pada lingkungan perkotaan.

Aspek menarik dari Tabebuya Kuning adalah sering disebut sebagai “cerry tropis” karena bunganya mekar dalam jumlah yang sangat besar, memberikan penampilan seperti bunga sakura, meskipun tidak terkait erat. Tanaman ini cukup unik karena sering mekar di akhir musim kemarau, ketika tanaman lain tidak berbunga, membuatnya menonjol dari vegetasi lainnya. Karena keunikan ini, Tabebuya Kuning sering dianggap sebagai simbol kehidupan dan ketahanan, menunjukkan keindahan bahkan di masa sulit.

Dari teks tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Tabebuya Kuning, atau Handroanthus chrysotricha, adalah spesies pohon yang sangat dihargai dan multifaset. Seiring kota dan komunitas terus mencari tambahan yang berkelanjutan dan menarik secara visual untuk lanskap mereka, Tabebuya Kuning menonjol sebagai kandidat utama untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan daya tarik estetika.

 

Penulis

MUHAMMAD GURUH SENO PUTRO 

Citra Dewining Sucie

 

Editor

Mukhlish Jamal Musa Holle

Salwa Shabria Wafi

Pohon Tabebuya Ungu

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Handroanthus impetiginosus atau Tabebuia impetiginosa, yang biasa dikenal sebagai Pohon Terompet Ungu, adalah spesies pohon berbunga asli Brasil, daerah tropis Amerika Selatan, dan sekarang tersebar di seluruh dunia. Pohon ini terkenal dengan bunga berbentuk terompet berwarna ungu yang mekar lebat, sehingga nampak mencolok, seperti bunga sakura. Biasanya buahnya muncul saat musim hujan telah berlalu.

Pohon ini dapat mencapai ketinggian 4,5 hingga 9 meter dan memiliki tajuk yang lebar dan menyebar. Meskipun tanaman ini merupakan tanaman besar dan memiliki batang yang keras, ternyata akar tanaman ini ramah terhadap bangunan, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman peneduh di perkotaan.

Daunnya majemuk dan umumnya terdiri dari lima hingga tujuh helai daun. Pohon Terompet Ungu sering digunakan dalam pertamanan karena keindahan ornamennya dan kemampuannya untuk memberikan keteduhan. Manfaat tabebuya adalah sebagai penghijauan dan juga perlindungan dari polusi. Itulah sebabnya pohon hias ini kerap ditanam di sepanjang jalan dan taman kota besar karena pohon ini mampu menangkal polusi udara atau menyerap udara yang tercemar.

Selain memiliki daya tarik estetika, tanaman ini juga memiliki manfaat dalam pengobatan tradisional, terutama karena sifat anti radang dan antimikrobanya. Daun pohon bunga tabebuya digunakan untuk mengobati luka dan bahkan menurunkan demam.

 

Penulis
AZZURA NAFISA FITRI 
KEIZA NASHITA 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Alpukat

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Alpukat diyakini berasal dari iklim tropis Meksiko, Guatemala dan Hindia Barat sekitar 10.000 tahun yang lalu. Kini Alpukat merupakan salah satu buah lokal yang dikembangkan di Indonesia. Buah alpukat digemari masyarakat karena memiliki tekstur yang lembut dan rasa buah yang enak. Alpukat memiliki beberapa karakteristik yaitu, badan bulat seperti telur yang lonjong, kulitnya berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, daging buahnya berwarna hijau muda hingga kuning dan alpukat mengandung biji yang dikenal berukuran besar. Pohon tanaman alpukat dapat mencapai tinggi 20 meter. Akar yang dimiliki pohon alpukat ialah akar tunggang. Bentuk daun pada pohon alpukat yaitu bulat memanjang. Hal menarik dari buah alpukat yaitu alpukat memiliki 200 jenis dan tiap jenis alpukat tersebut memiliki bentuk, warna serta karakteristik yang berbeda. Selain itu alpukat juga memiliki banyak manfaat bagi manusia, antara lain dapat membantu mengontrol kadar gula darah, mencegah sembelit, membantu menjaga kesehatan kulit dan lain sebagainya. Alpukat dapat digunakan sebagai masker wajah karena kandungan nutrisinya dapat bermanfaat bagi kesehatan kulit serta minyak alpukat juga dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka. Selain itu kulit dan biji alpukat dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami yang menghasilkan warna rona merah muda ketika direbus  

 

Penulis
Daffa Daliamru 
TABITA WANOCTANAMY SOEBAGIO 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Sirsak

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Sirsak (Annona muricata L) merupakan spesies dari pohon buah tropis yang termasuk dalam famili Annonaceae. Sirsak bukanlah tanaman asli Indonesia, tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, yang kemudian menyebar ke daerah-daerah tropis lain.

Ekstraksi dari daunnya dapat mematikan kutu rambut dan kutu busuk. Ketika digiling, bijinya menjadi pestisida yang efektif terhadap kutu rambut. Jus buahnya dikatakan dapat meningkatkan jumlah urin, dan mengobati uretritis dan hematuria. Buah yang belum matang digiling dan direbus sebagai pengobatan untuk disentri.

Daunnya memiliki bau yang menyengat, bergantian, halus, mengilap dan berwarna hijau tua di permukaan, lebih terang di bawah. Daunnya lonjong, elips atau lonjong sempit, runcing di kedua ujungnya. Bunga dapat muncul di mana saja di batang, cabang atau ranting dan tumbuh sendiri-sendiri. Bunga, tangkai pendek, panjang 4 – 5 cm, berbentuk segitiga-kerucut, memiliki 6 kelopak, dengan 3 kelopak berdaging hijau kuning yang sedikit menyebar sebagai lapisan luar dan 3 kelopak kuning pucat yang rapat sebagai kelopak bagian dalam. Buah matang berwarna hijau tua, ditutupi dengan duri pendek yang lembut dan berbentuk pseudokarp, bulat telur lebar atau elips. Buah akan muncul setelah 3 – 5 tahun. Paling baik dipanen saat buah karena jika dibiarkan melunak di pohon, buah akan jatuh dan hancur. Buah dianggap matang saat duri-durinya berjauhan dan warna hijau mengilap berubah menjadi hijau kusam atau hijau kekuningan. Buah paling baik dimakan 5 – 6 hari setelah dipanen dan digunakan sebagai bahan dalam es krim, makanan penutup, minuman, dll.

 

Penulis
DICKY SATRIO ANWAR 
Fajar Ayu Febriani Mifakhul Jannag

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Nangka

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Nangka, atau Artocarpus heterophyllus, adalah nama dari pohon dan buah yang populer di daerah tropis seperti Pakistan, Indonesia, dan Brasil, dan mengandung nutrisi seperti vitamin, mineral (N, P, K, Ca, Mg, S, Zn, Cu, dll), serta kalori (Khan, et al., 2021). Secara umum, nangka berbentuk oval dan tidak rata, dan dapat mencapai panjang hingga 100 cm. Bentuk oval ini merupakan ciri khas yang membedakannya dari durian. Buah ini memiliki kulit yang keras dan tajam, dengan ujung duri kulit nangka umumnya berwarna gelap atau kecoklatan. 

Kulit buah ini umumnya berwarna hijau kekuningan dengan daging buah berwarna kuning segar yang memiliki tekstur lembut dan berserat. Nangka yang sudah matang akan mengeluarkan aroma yang sangat tajam, segar, dan manis, serta duri-durinya akan besar dan jarang, yang dipengaruhi oleh faktor genetik masing-masing individu. Aroma nangka ini disebabkan oleh pemecahan senyawa fenolik selama proses pematangan dan tekanan turgor yang memengaruhi sel parenkim, menjadikan tekstur nangka lembut dan empuk saat dimakan (Nurrafika, 2016). 

Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) memiliki batang tegak, berkayu, bulat, kasar dan berwarna hijau kecoklatan. Kandungan kimia dalam kayu adalah morin, sianomaklurin (zat samak), flavon, dan tannin. Selain itu, di kulit kayunya juga terdapat senyawa flavonoid yang baru, yakni morusin, artonin E, sikloartobilosanton, dan artonol B (Ersam, 2001).

Daging nangka yang umumnya berwarna kuning pucat memiliki kandungan gula yang rendah dan banyak air, sehingga nangka terasa sangat menyegarkan saat dimakan. Dengan semua kreativitas warga Indonesia, nangka ini dapat diolah menjadi produk khas suatu daerah, terutama Malang, yang menawarkan cara baru dalam mengonsumsi nangka dengan menjadikannya keripik buah. Selain digunakan sebagai keripik buah, daging nangka juga bisa diolah menjadi buah manisan, jus, kompot, dan es buah. 

Buah segar dan manis ini memiliki biji yang biasanya disebut “beton,” dengan panjang 2-4 cm, yang dapat menyumbang 8-15% dari berat buah. Biji ini juga dapat dimakan, dilapisi dengan aril putih yang melindungi endosperma cokelat dari biji nangka yang dilindungi oleh daging putih kotiledon (Yulianti, Ratna, & Solfarina, 2015). Biji nangka dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat dengan cara merebusnya, yang membuat teksturnya mirip dengan kacang rebus. Biji juga bisa diolah menjadi tepung dan digoreng untuk dijadikan camilan yang lezat.

Akar tanaman nangka memiliki akar berbentuk tunggang. Namun juga memiliki akar cabang yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang berfungsi memperluas daerah penyerapan zat. Akar Tanaman nangka ini dapat menembus permukaan tanah hingga kedalaman 10-15 meter.

 

Penulis
Catharina Amelia Manalu 
TITIK ANDAYANI 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Bipa (Artocarpus dadah)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Tumbuhan Artocarpus dadah Miq. merupakan salah satu spesies Artocarpus dari famili Moraceae yang termasuk tumbuhan langka di alam. Genus Artocarpus berasal dari bahasa Yunani artos, yang berarti roti, dan bahasa Yunani karpos, yang berarti buah. Julukan khusus dadah adalah nama daerah spesies ini dari Lampung, Sumatra. Artocarpus dadah , yang biasa dikenal sebagai Tampang Hijau, adalah pohon asli tinggi yang terancam punah di Singapura. Pohon ini menghasilkan buah hijau berbentuk bulat telur dengan daging buah berwarna merah muda. Buahnya dimakan dan disebarkan oleh mamalia, seperti monyet. Pohon ini merupakan pohon perdu yang tingginya mencapai 35 m, dengan ranting-ranting yang tertutup rapat oleh rambut-rambut pendek berwarna kuning hingga coklat kemerahan. Daunnya yang berselang-seling, berjenjang vertikal, dan bertangkai dua memiliki helaian daun yang lonjong, berukuran 10–31 x 5–13 cm, agak tidak sama sisi dan melengkung. Bagian Tanaman yang Dapat Dimakan adalah buah yang asam. Kayunya merupakan sumber dari dua spesies kayu, beruni dan selangking. Lantai dan tiang rumah juga dibuat menggunakan kayunya. Pohon ini juga dibudidayakan sebagai pohon hias.

 

Penulis
AFIFAH PUTRI DWI RAHMAH 
Advent Pratama Siregar 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Keruing (Dipterocarpus spp.)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Pohon Keruing (Dipterocarpus spp.) adalah pohon dengan tinggi 40-65 meter dan diameter lebih dari 150-260 cm. Secara geografis, pohon keruing tersebar di beberapa negara Asia Tenggara seperti Cina, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indonesia, dan Malesiana. Terdiri dari sekitar 70 spesies, di mana 38 di antaranya berada di hutan primer di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Secara ekologis, pohon keruing sering ditemukan secara berkelompok, tumbuh di tanah sedimen tepi sungai. Pohon keruing memiliki batang tegak berwarna putih keabuan dengan dahan-dahan berbulu yang dapat menghasilkan getah. Daunnya lurus menyirip, tunggal berseling, bergelombang, dan memiliki urat daun sekunder. Pohon keruing memiliki bunga berbagai ukuran, yaitu berkisar antara 13-20 cm dengan bunga tunggal yang terletak di dahan pendek dan memiliki lima kelopak bunga membentuk dua sayap besar. Buahnya bernama “geluk” yang berukuran besar dan dibungkus oleh kelopak bunga.

Pohon ini merupakan salah satu penghasil kayu terbaik. Batang kayunya sering digunakan sebagai bahan bangunan, kerajinan tangan hingga perabotan rumah tangga, serta menghasilkan minyak yang berguna sebagai resin, pernis dan pelapis, hingga pada bidang biokosmetik dan biomedik. Pohon keruing memiliki nilai jual yang tinggi sehingga perlu kita manfaatkan dan lestarikan sebaik-baiknya.

 

Penulis
DAARIIN FARAH TSABITA 
Raisya Ariantika

 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Trembesi (Samanea saman)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Samanea saman dikenal juga sebagai Pohon Monkey Pod atau Trembesi, memiliki julukan pohon pengikat nitrogen karena kemampuannya dalam mengikat nitrogen dalam jumlah besar. Pohon ini berasal dari Amerika tropis, tetapi dapat ditemukan juga di banyak daerah tropis lembab maupun sub-lembab lainnya. Mengacu pada tajuknya yang lebar, pohon trembesi memiliki kemampuan untuk memberikan naungan yang luas pada aktivitas di bawahnya. Samanea saman termasuk dalam famili Leguminosae. Selama 25 tahun terakhir, pohon pengikat nitrogen ini telah diidentifikasi sebagai pohon yang memiliki peran vital dalam bidang pertanian dan kehutanan berkelanjutan. Kegunaan pohon ‘serbaguna’ ini antara lain, sebagai pencegahan erosi tanah, naungan aktivitas di bawahnya, dan pemanfaatan dedaunan serta polong untuk makanan. Pohon Trembesi seringkali mencapai tinggi 25–30 m dengan batang berdiameter hingga 2–3 m. Pohon ini memiliki cabang yang hampir horizontal sehingga membentuk tajuk menyerupai payung. Daunnya besar, dengan panjang 6–25 cm dan lebar 3–8 cm. Setiap daun memiliki 3–6 pasang batang daun yang lebih kecil, dengan 6–9 pasang anak daun per batang. Anak daunnya besar, serta membesar ke arah ujung. Daun dan batang baru memiliki rambut pendek, lembut, dan berwarna kuning kecoklatan. Bunganya tumbuh serempak membentuk

kelompok, tetapi jaraknya cukup longgar. Biasanya terdiri dari 2–5 bunga di ketiak daun, dengan bunga tengah berukuran lebih besar daripada bunga di sekelilingnya. Buahnya berupa polong yang panjang dan datar dengan warna hijau saat masih mentah dan berubah menjadi coklat tua saat matang. Buahnya mengandung daging buah yang manis, disertai dengan 5–10 biji. Pohon trembesi dikenal karena tajuknya yang lebar dengan fungsi memberikan naungan. Akibatnya, pohon ini dapat mengurangi suhu secara signifikan. Selaras, pohon trembesi menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar dua puluh kali lebih banyak daripada pohon biasa. Oleh karena akarnya yang mampu mengikat nitrogen, tanaman yang tumbuh di bawah tajuk kemungkinan besar akan menjadi lebih sehat dari tanaman yang tidak dinaungi pohon trembesi. Selain itu, pohon trembesi sangat populer dalam lanskap karena penampilannya yang menarik. Pohon ini biasanya digunakan di tempat umum, seperti taman, halaman sekolah, dan juga area pinggir jalan. Secara umum, pohon trembesi memiliki mutu karena memberikan banyak manfaat bagi manusia dan lingkungan. Pohon trembesi saat ini diklasifikasikan sebagai spesies “Risiko Rendah” dalam IUCN Red List of Threatened Species. Hal ini menjelaskan bahwa pohon tersebut memiliki risiko rendah akan kepunahan di alam liar. Meskipun saat ini berstatus “Risiko Rendah,” pemantauan berkelanjutan sangat diperlukan untuk memastikan pohon trembesi tidak terancam di masa mendatang.

Fakta menarik tentang pohon trembesi (Samanea saman), di beberapa budaya, pohon trembesi memiliki arti penting secara simbolis dan digunakan dalam pertemuan masyarakat atau upacara.

 

Penulis
NICHOLAS SALIM PRASETYA 
ALIFAH NUR AZIZAH 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

1234

Recent Posts

  • Mahasiswa MKWK UGM Ikuti “Outbond Pancasila” di Wisdom Park: Kuliah Lapangan yang Menyenangkan dan Bermakna
  • Pesta Buku KMSI UGM 2025 Gaungkan Literasi di Hari Puisi Nasional
  • Membangun Kolaborasi di Ruang Terbuka Hijau
  • Praktikum Hidrolika di Kali Belik untuk Pengambilan Data Sungai
  • Outbound sebagai Sarana Pelatihan Komunikasi dan Kerja Sama untuk Menunjang Kegiatan Belajar Mengajar
Universitas Gadjah Mada

Jl. Prof. DR. Drs Notonagoro, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
0274 – 5011201

Admin Wisdom Park: 081127002783
Admin GOR Wisdom Park: 08112837248

Email : wisdompark@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju