• Beranda
  • TENTANG
    • Sejarah Wisdom Park
    • Jenis Layanan
    • Tata Tertib Penggunaan Wisdom Park
  • FASILITAS
  • Class without Walls
    • Literasi Kesehatan
    • Literasi Flora
    • Literasi Fauna
    • Literasi Lingkungan
  • HUBUNGI KAMI
Universitas Gadjah Mada Wisdom Park
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • TENTANG
    • Sejarah Wisdom Park
    • Jenis Layanan
    • Tata Tertib Penggunaan Wisdom Park
  • FASILITAS
  • Class without Walls
    • Literasi Kesehatan
    • Literasi Flora
    • Literasi Fauna
    • Literasi Lingkungan
  • HUBUNGI KAMI
  • Beranda
  • Literasi Flora
  • page. 3
Arsip:

Literasi Flora

Pohon Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Kayu Putih (Melaleuca leucadendra) merupakan pohon yang termasuk kedalam keluarga jambu-jambuan (Myrtaceae). Pohon ini merupakan tumbuhan khas daerah tropis yang tersebar luas di benua Australia dan kepulauan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kata Cajuput diperkirakan berasal dari dari bahasa Indonesia yaitu kayu putih, nama yang dikenal untuk spesies ini. Dalam kehidupan, pohon ini terkenal karena sifat aromatik dan minyak atsirinya yang dapat dimanfaatkan untuk banyak hal.

Pohon Kayu Putih umumnya memiliki batang tunggal yang panjangnya dapat bervariasi antara 2 hingga 35 meter. Kulit batangnya berwarna putih, berlapis-lapis, dan memiliki permukaan yang tidak rata serta mudah terkelupas. Batangnya tidak terlalu lebar dengan percabangan yang menggantung ke bawah dan di setiap cabangnya, ditumbuhi oleh daun yang lebat. Daun kayu putih umumnya berwarna hijau tua, memiliki rambut halus pada permukaannya, dan berbentuk lonjong dengan ujung lancip seperti tombak. Di ujung dahannya, tumbuh bunga-bunga kayu putih. Bunganya memiliki bentuk seperti lonceng dan setiap bunga memiliki lima kelopak berwarna putih.

Kayu putih terkenal karena kemampuannya dalam beradaptasi dengan berbagai jenis habitat mulai dari lingkungan yang lembab hingga yang lebih kering . Di habitat lembab seperti rawa, sistem perakaran yang kuat berfungsi secara efektif untuk menstabilkan dan tanah mencegah erosi. Sedangkan di lingkungan yang lebih kering atau mengalami periode kemarau pohon kayu putih memiliki kemampuan untuk menyimpan air di dalam akar dan daun. Adaptasi ini memungkinkan pohon kayu putih untuk tumbuh di berbagai kondisi tanah dan iklim, menjadikannya tanaman yang sangat fleksibel dan bermanfaat.

Pohon kayu putih memiliki beragam manfaat yang sangat penting, baik dalam bidang kesehatan, lingkungan, maupun ekonomi. Minyak atsiri yang dihasilkan dari daun kayu putih, yang dikenal sebagai minyak kayu putih, mengandung senyawa Cineole (Eucalyptol) yang memiliki sifat antiseptik, anti-inflamasi, dan analgesik. Minyak ini banyak digunakan sebagai bahan dasar dalam produk kesehatan seperti obat gosok, inhaler, dan minyak urut untuk meredakan gejala pilek, sakit kepala, dan nyeri otot. Selain itu, pohon kayu putih juga memainkan peran ekologis yang signifikan. Karena kemampuan akarnya dalam menyimpan air dan stabilitasnya dalam menahan tanah, pohon ini sering digunakan dalam program reboisasi dan konservasi lahan di daerah yang rentan terhadap erosi. Daun dan batangnya yang aromatik juga dikenal mampu mengusir serangga, yang menjadikan pohon ini sebagai tanaman pelindung di sekitar pemukiman atau lahan pertanian. Akibat banyaknya manfaat yang dimiliki, minyak kayu putih banyak dijual di pasaran. 

Fakta menarik tentang kayu putih adalah pohon ini mampu mengeluarkan senyawa kimia tertentu melalui daun dan akarnya yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain di sekitarnya, fenomena yang dikenal sebagai alelopati. Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain, yang membantu pohon kayu putih mendominasi habitatnya dan mengurangi persaingan untuk sumber daya. Fenomena ini menjadi contoh adaptasi ekologis yang unik dan menunjukkan bagaimana kayu putih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya di lingkungan yang beragam.

 

Penulis
NISRINA RAHMA ARDIHAPSARI 
BAHARUDIN SALIM YUSRIL ANANTA 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Pulai (Alstonia scholaris)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Alstonia scholaris secara tradisional merupakan obat herbal yang penting. Pohon hijau abadi ini berasal dari anak benua India dan negara-negara Asia Tenggara. Tanaman ini digunakan sebagai pengobatan tradisional Ayurveda alternatif untuk mengobati berbagai penyakit seperti asma, malaria, demam, disentri, diare, epilepsi, penyakit kulit, gigitan ular, dan sebagainya. Alstonia scholaris R.Br. (famili Apocynaceae) (juga dikenal sebagai Pohon Setan. Pohon bahtera Dita) merupakan obat tradisional yang telah lama digunakan untuk mengobati berbagai penyakit manusia dan hewan. Tanaman ini telah lama digunakan untuk mengobati berbagai penyakit manusia dan hewan. Tanaman ini tumbuh di hutan hujan dataran rendah dan pegunungan di India, Asia-Pasifik, Cina Selatan, dan Queensland (Wiart, 2006). Tanaman pulai (Alstonia scholaris) merupakan tanaman yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini berupa pohon dengan tinggi 10 hingga 50 m, batang lurus dengan diameter hingga 60 cm. Daun pulai tersusun melingkar 4 hingga 9 helai, tulang menyirip dan berwarna hijau. Kulit batang pulai rapuh, rasanya sangat pahit, permukaannya dihiasi lentisel dengan ketebalan 6 hingga 8 mm, berwarna putih di bagian dalam, dan menghasilkan getah putih jika dipotong.

 

Penulis
OLGA DAVINA FELISHA 
AURA HARMONISA RAMADHANI 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Mangga (Mangifera indica)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Mangga adalah jenis buah yang memiliki sumber vitamin dan mineral yang banyak terdapat di Indonesia. Kata mangga berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas atau mankay. Dalam bahasa botani, mangga disebut Mangifera Indica L yang mempunyai arti  berasal dari India. Salah satu buah tropikal yang berasal dari Asia dan tumbuh sekitar 400 tahun. Mangga banyak ditemukan di seluruh negara tropikal, termasuk Indonesia. Mangga memiliki spesfikasi kingdom Plantae padafilum mangoliophyta, kelas dari Mangioliosida, termasuk ke dalam ordo  Mangifera indica l, dengan keluarga Anacardiaceae, serta genus Mangifera  dan tergolong spesies Idica. Pohon Mangga memiliki buah yang beraneka ragam jenis, bentuk dan rasa. Sering dijumpai jenis mangga yang ada di Indonesia yakni; mangga golek, mangga arumanis, mangga madu, mangga manalagi, mangga kweni, mangga tali jiwo dan banyak lagi. Banyaknya jenis mangga tersebut dapat diketahui dari bentuk daun, batang, dan bentuk buah mangga itu sendiri. 

Mangifera indica L tumbuh dalam bentuk pohon berbatang tegak, rindang dan hijau sepanjang tahun yang dapat tumbuh dengan tinggi hingga 10-45 meter, berbentuk kubah dan berdaun lebat, biasanya bercabang banyak dan berbatang gemuk. Daunnya tersusun spiral pada masing-masing cabang, bergaris membujur, berbentuk pisau–elips dengan panjang daunnya kurang lebih 25 cm dan lebarnya 8 cm, kemerahan dan tipis-lembek saat tumbuh pertama dan mengeluarkan wangi aromatik saat dihancurkan. Bunga tumbuh di ujung masing-masing percabangan yang berisi sekitar 3000 bunga kecil berwarna putih kemerahan atau hijau kekuningan. Bentuk tersebut disesuaikan dengan jenis pohon mangga itu sendiri.

Buahnya tersusun atas bagian daging yang kuning, biji tunggal, dan kulit kekuningan hingga kemerahan saat matang. Bijinya soliter, membujur, terbungkus keras. Biji, daun, kulit, buah dan batang Mangifera indica mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Daun mangga tergolong daun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun mangga berbentuk lanceolatus (lanset), daging daunnya papyraceus (seperti kertas), tepi daunnya integer (rata), ujung daun acuminatus (meruncing), pangkal daun acutus (runcing), pertulangan daun penninervis (menyirip), permukaan daun scaber (kasap), dan duduk daun folio sparsa (tersebar). Bentuk buah mangga sangat bervariasi, ukuran dan bentuk sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai bentuk bulat (contoh: mangga gedong), bulat seperti telur atau jorong (contoh: gadung dan indramayu) hingga lonjong memanjang (mangga golek). Kulit buah agak tebal, hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna kuning sampai merah jingga, krem, berserabut (ada yang tidak berserabut), rasanya manis sampai asam, mengandung banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji putih terbungkus endokarpium yang tebal, mengayu dan berserat, bentuknya gepeng memanjang.

Selain itu variasi kandungan karotenoid dalam buah mangga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kondisi lingkungan, kematangan buah dan jenis kultivar (Sulbaran et. al, 2008). Mercadante et. al, (1997) mengungkapkan bahwa buah dari daerah yang beriklim panas mengandung beta-karoten lebih tinggi daripada buah yang berasal dari iklim sedang. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa mangga varietas Criollo mengandung beta-karoten lebih banyak daripada varietas yang lainnya, seperti varietas Keith yang tumbuh di Bahia, Brazil (15 mg beta-karoten/kg), varietas Hi la cha yang tumbuh di Maracaibo, Venezuela (12 mg beta-karoten/kg) (Sulbaran et. al, 2008).

Di wisdom park sendiri, jenis buah mangga ada beberapa jenis antara lain; mangga golek, mangga madu dan mangga apel. Hal tersebut kami deteksi dari beberapa teori di atas. Di wisdom park tidak tertera nama-nama pohon mangga. Kesimpulan yang kami dapat adalah, pohon mangga adalah jenis pohon yang tergolong dalam tanaman purba, yang telah mengalami evolusi seperti sekarang. Dari bentuknya yang beraneka ragam, menunjukkan beberapa campur tangan manusia dalam merubah keaslian pohon mangga. Demikian pun untuk kepentingan sumber pangan manusia. Selain itu, kandungan dari buah yang dihasilkan pohon mangga juga banyak mengandung manfaat, sehingga terus dibudidayakan oleh manusia. Ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan, rasa dari buah, bentuk dan warna dari pohon mangga itu  akibatkan dari iklim atau lingkungan dimana pohon  itu tumbuh. 

 

Penulis
NABILA ANGGUN KUSUMA WARDHANI 
NADYA KUMALA DEWI

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Ketapang Kencana (Terminalia mantaly)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Ketapang Kencana, atau Terminalia mantaly, adalah jenis tumbuhan asli Madagaskar yang  dapat menurunkan suhu dan menyegarkan lingkungan sekitarnya. Pohon ini termasuk  dalam famili Combretaceae dan dikenal luas sebagai tanaman hias serta peneduh yang  populer. Pohon ini ramping dengan ranting bertingkat dan membentang dan dapat  mencapai ketinggian antara 10 dan 20 meter. Ketapang Kencana dapat digunakan sebagai  penghias taman kota, jalan tol, dan jalanan kota karena bentuk daunnya yang kecil dan  bergerombol yang menyerupai payung. Daun pohon ini berwarna hijau terang saat masih  muda, dan setelah pergantian musim, daunnya akan tetap hijau. Selain itu, Ketapang  Kencana memiliki bunga kecil di ujung rantingnya.

Ketapang Kencana dapat tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah, namun lebih  menyukai tanah yang subur dan memiliki kemampuan yang baik dalam mengalirkan  kelebihan air. Pohon ini bersifat toleran terhadap kekeringan dan dapat tumbuh di daerah  dengan curah hujan yang rendah. Pertumbuhannya tergolong cepat, terutama pada fase  awal

Ketapang kencana dapat menyembuhkan sariawan dan masalah pencernaan, karena daun  ketapang kencana mengandung antiseptic yang efektif menyembuhkan sariawan dan  mengatasi masalah pada sistem pencernaan seperti diare atau nyeri usus. Selain itu, air  rebusan daun ketapang kencana dapat mengurangi resiko stroke dengan menstabilkan  tekanan darah tubuh. 

 

Penulis
ASHMA’ NABILA RAYYAN 
VERA YUSTIFA FEBRIANA 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

Pohon Ketapang (Terminalia catappa)

Literasi Flora Senin, 16 Desember 2024

Pohon ketapang, dengan nama latin Terminalia catappa, adalah tanaman peneduh dan penghias taman. Ketapang memiliki banyak nama yang digunakan di seluruh dunia, seperti almond tropika, almond umbrella tree, almond laut, dan almond pantai. Tumbuhan dikotil atau berkeping dua dengan akar tunggang bercabang dikenal sebagai akar ketapang. Kulit batang ketapang memiliki tekstur kasar karena terdapat alur atau sulcatus di permukaannya. Mereka berbentuk bundar atau teres dan tumbuh tegak lurus dengan ketebalan hingga 1,5 meter. Daun ketapang biasanya lebih lebar daripada daun pohon lainnya. Setiap helai memiliki lebar antara 3 sampai 9 cm. Daun ketapang memiliki bentuk silinder dengan pangkal yang melebar dan cenderung pipih. Pohon Ketapang meranggas dan menggugurkan daunnya dua kali dalam setahun. Daunnya berubah warna menjadi merah/kuning karena tanaman ini mengambil nutrisi dari daunnya untuk didaur ulang sebelum digugurkan. Permukaan bagian atas memiliki tekstur yang licin, sementara permukaan bawah berambut halus. Bunga ketapang berukuran kecil dengan bentuk seperti lonceng dan berukuran 4 hingga 8 mm dengan warna putih, krem, dan kuning. Buahnya berukuran 4 hingga 5,5 cm dan bentuknya mirip almond. Pohon ketapang memiliki banyak manfaat ekologis (lingkungan), sosial, dan kesehatan. Diantaranya:

  • Sebagai pohon peneduh di taman atau di jalan karena ketapang memiliki kemampuan untuk tumbuh cukup besar dan memiliki kanopi yang menyerupai payung lebar, sehingga cukup rindang dan memberikan kesan teduh.
  • Sebagai bahan pewarna alami karena daun dan kulit batangnya mengandung senyawa tanin.
  • Daun ketapang dapat membantu menetralkan pH air, sehingga banyak digunakan oleh masyarakat yang memelihara ikan.
  • Batang ketapang dapat digunakan sebagai bahan material bangunan.
  • Sebagai tanaman hias, karena tajuk yang rindang dan lebar.
  • Alternatif pengganti kacang almond.
  • Dapat meredakan peradangan karena mengandung polifenol, triterpenoid, dan senyawa lain yang dapat  digunakan sebagai obat anti radang.
  • Dapat menjaga kekebalan tubuh karena  daun ketapang mengandung antioksidan

 

Penulis
SITI LIS ROFIQOH 
SAGITA SYAHRA NUR ROLIS 

Editor
Mukhlish Jamal Musa Holle
Salwa Shabria Wafi

123

Recent Posts

  • Pesta Siaga SD Budi Mulia Dua Pandeansari Tahun 2025
  • Mahasiswa MKWK UGM Ikuti “Outbond Pancasila” di Wisdom Park: Kuliah Lapangan yang Menyenangkan dan Bermakna
  • Pesta Buku KMSI UGM 2025 Gaungkan Literasi di Hari Puisi Nasional
  • Membangun Kolaborasi di Ruang Terbuka Hijau
  • Praktikum Hidrolika di Kali Belik untuk Pengambilan Data Sungai
Universitas Gadjah Mada

Jl. Prof. DR. Drs Notonagoro, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
0274 – 5011201

Admin Wisdom Park: 081127002783
Admin GOR Wisdom Park: 08112837248

Email : wisdompark@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju